Sumpit Kalimantan: Lebih dari Sekadar Senjata Tradisional, Keahlian Membidik dan Kehidupan Hutan

Bagi para pria yang tertarik dengan warisan budaya dan senjata tradisional Indonesia, khususnya dari Pulau Kalimantan, sumpit adalah salah satu yang unik dan memiliki peran penting dalam tradisi berburu. Lebih dari sekadar senjata tradisional untuk melumpuhkan hewan buruan, sumpit membutuhkan keahlian membidik yang tinggi dan mencerminkan kedekatan masyarakat dengan hutan. Mari kita mengenal lebih dekat senjata tradisional yang menarik ini.

Sumpit Kalimantan adalah senjata tradisional berupa tabung panjang yang digunakan untuk melontarkan anak panah kecil (anak sumpit atau damek) dengan cara ditiup. Sumpit biasanya terbuat dari kayu keras yang ringan dan lurus, seperti kayu ulin atau bambu pilihan yang dilubangi bagian tengahnya secara presisi. Panjang sumpit bervariasi, bisa mencapai satu hingga tiga meter. Anak sumpit (damek) terbuat dari bambu atau kayu kecil yang salah satu ujungnya diberi mata panah dari bambu runcing atau logam, dan seringkali dilumuri getah beracun dari tumbuhan tertentu untuk melumpuhkan buruan dengan cepat. Bagian pangkal anak sumpit biasanya diberi semacam bulu atau serat ringan untuk membantu aerodinamika saat terbang.

Sejarah penggunaan sumpit di Kalimantan telah berlangsung sangat lama dan merupakan bagian integral dari kehidupan suku-suku Dayak. Senjata tradisional ini sangat efektif untuk berburu berbagai jenis hewan hutan, mulai dari burung, monyet, hingga babi hutan. Kemampuan sumpit untuk melumpuhkan buruan secara diam-diam menjadikannya alat yang sangat diandalkan dalam mencari nafkah di hutan. Bahkan, menurut catatan seorang peneliti etnobotani yang melakukan studi di Kalimantan pada tahun 2022 dan dipublikasikan pada tanggal 25 Mei 2024, pengetahuan tentang jenis racun yang digunakan pada anak sumpit merupakan kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun.

Meskipun zaman telah berubah, sumpit masih digunakan oleh sebagian masyarakat adat di Kalimantan yang mempertahankan tradisi berburu. Selain itu, sumpit juga sering ditampilkan dalam berbagai upacara adat dan pertunjukan seni sebagai bagian dari warisan budaya. Pada sebuah festival budaya Dayak di Samarinda pada tanggal 15 hingga 20 Mei 2025, demonstrasi penggunaan sumpit dengan target yang bergerak menjadi salah satu atraksi yang menarik perhatian pengunjung. Seorang tokoh adat dari suku Dayak Kenyah bernama Bapak Elias menjelaskan bahwa sumpit bukan hanya senjata tradisional, tetapi juga simbol keterampilan, ketelitian, dan hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Mengenal sumpit Kalimantan lebih dekat bukan hanya tentang memahami sebuah senjata tradisional, tetapi juga tentang mengapresiasi kearifan lokal, keterampilan berburu, dan kekayaan budaya masyarakat Dayak yang hidup berdampingan dengan hutan. Sumpit adalah pengingat akan tradisi luhur dan pengetahuan mendalam tentang alam yang dimiliki oleh suku-suku di Pulau Kalimantan.